Senin, 22 Oktober 2012

G PROTEIN COUPLED RECEPTORS

Akbar Marzuki Tahya

Keunikan dan keajaiban mekanisme tubuh mengundang rasa ingin tahu yang tinggi, sehingga kita sebagai para pengagum ilmu pengetahuan merasa tertantang dan memiliki rasa ingin tahu yang begitu kuat mengenai apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana dia bekerja. Mekanisme fisiologi yang terjadi dalam tubuh begitu beragam, namun teratur sesuai peranannya masing-masing untuk merespon perubahan. Dalam tubuh terdapat banyak sel-sel yang begitu cerdas sehingga dapat mengatur dirinya sendiri dan berinteraksi dengan sel yang lain. Masing-masing sel kecil ini memiliki reseptor yang memungkinkan respon terhadap faktor eksternal itu terjadi. Perubahan yang terjadi di lingkungan sekitar akan segera direspon oleh karena adanya reseptor yang menerima pesan. Respon terhadap perubahan lingkungan ini sebagai mekanisme adaptasi terhadap suatu kondisi.
Para ilmuwan sejak lama mempertanyakan, bagaimana sel-sel yang kecil dapat merasakan perubahan di lingkungannya. Sel demikian unik dan menantang untuk dikaji oleh karena jumlahnya yang demikian banyak dan masing-masing mengambil peranan untuk menanggapi perubahan lingkungannya. Pertanyaan ini memang tidak sepenuhnya belum berhasil diungkap, akan tetapi para ilmuwan telah menjelaskan bahwa mekanisme ini terkait dengan kerja hormon. Selama ini diketahui bahwa hormon semacam adrenalin memiliki pengaruh yang lebih kuat untuk meningkatkan pemompaan darah dan denyut jantung. Para ilmuwan menduga bahwa pada permukaan sel terdapat beberapa jenis penerima hormon, akan tetapi belum terungkap kandungan reseptor yang sebenarnya dan bagaimana reseptor-reseptor ini bekerja.
Keingintahuan Robert Lefkowitz dan Brian Kobilka merupakan salah satu upaya untuk menjawab pertanyaan mengenai reseptor-reseptor sel ini. Lefkowitz memulai dengan menggunakan radioaktivitas pada tahun 1968, bersama timnya melakukan penelitian dengan mengekstrak reseptor dari tempat-tempatnya yang tersembunyi pada permukaan sel, dari penelitian ini dia bersama timnya memperoleh pemahaman awal mengenai mekanisme kerja reseptor. Pencapain besar terjadi selama tahun 1980an, ketika para peneliti merasa tertantang untuk mengisolasi gen yang menyandi reseptor β-adrenergic dari genome manusia. Pendekatan yang kreatif menjadi kunci sukses Lefkowitz bersama timnya menggapai apa yang dicita-citakan. Dalam proses analisis gen, para peneliti menemukan bahwa reseptor ternyata sama antara satu dengan yang lain, seperti yang terdapat dalam indera penglihatan dan memiliki perananan menangkap cahaya. Tim peneliti kemudian menyadari bahwa ternyata terdapat sejumlah keluarga reseptor yang terlihat dan berperanan juga sama. Sejumlah keluarga reseptor ini dikenal sebagai G Protein Coupled Reseptor (GPCRs).
Robert Lefkowitz, 69 tahun, merupakan dosen biomedis dan biokimia di Duke University, North Carolina. Sementara Brian Kobilka, 57 tahun, adalah dosen psikologi molekuler dan seluler di Stanford University School of Medicine di Carolina. Mereka dianggap berjasa dengan penelitian-penelitiannya terhadap pengungkapan GPCRs, yang merupakan sejumlah protein yang bisa melewati dinding sel. GPCRs terletak di lapisan lemak yang berada pada dinding sel, GPCRs bekerja mendeteksi hormon, bau, zat kimia transmiter saraf dan sinyal-sinyal lain. GPCRs kemudian menghantarkan pesan ke dalam sel dengan mengaktifkan salah satu protein G. Reseptor tersebut merupakan target dari sepertiga hingga setengah obat yang ada. Melalui penelitian GPCRs, ilmuwan mampu memahami bagaimana sistem sel bekerja dan kompleksitas jaringan sel. Sederhananya, salah satu aplikasi dari penemuan ini untuk masa depan pembuatan obat sehingga dapat mengupayakan perawatan yang lebih tepat dan efektif. Peneliti juga mengungkapkan hasil penelitiannya dalam publikasi di jurnal Nature tahun 2011 lalu, bahwa hampir setiap fungsi tubuh manusia, dari pandangan, penciuman hingga detak jantung dan komunikasi saraf, tergantung pada GPCRs.
Penemuan ini memberikan kontribusi yang sangat berharga bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan penerapannya. Terobosan ini memberikan pemahaman baru setelah 4 dekade, mengenai kompleksitas mekanisme misterius yang terjadi pada sel. Pertanyaan yang ada selama ini terjawab sudah, dengan kerja kreatif yang menyita waktu para tim peneliti yang terlibat. Komisi Nobel, Sven Lidin mengungkapkan bahwa dengan adanya pemahaman mengenai reseptor-reseptor ini telah memberikan kemajuan besar terhadap riset medis, oleh karena bentuk dan fungsi reseptor telah diungkap akan memberikan petunjuk untuk mendapatkan obat-obatan yang lebih baik dengan lebih sedikit efek samping. Dan atas dasar ini pula Robert Lefkowitz dan Brian Kobilka berhasil meraih nobel kimia tahun ini. Meskipun terobosan ini dinilai dalam bidang kimia, akan tetapi mempunyai implikasi yang demikian luas dalam bidang lainnya seperti kedokteran dan farmasi. Hingga tahun 2012 sudah tercatat 163 peraih nobel dalam bidang kimia, sejak penghargaan bergengsi ini pertama kali diberikan pada tahun 1901. Penerima Nobel akan dianugerahi penghargaan secara resmi setiap 10 Desember pada peringatan kematian Alfred Nobel, pencetus penghargaan bergengsi ini.