Akbar Marzuki Tahya |
P.
pelagicus atau yang dikenal dengan nama rajungan memiliki
habitat yang agak sedikit berbeda dengan Scylla sp., (kepiting bakau). Jenis kepiting
perenang ini banyak dijumpai pada perairan dengan salinitas yang lebih tinggi
dibandingkan Scylla sp. meskipun pada beberapa tempat juga dapat
beradaptasi untuk hidup pada daerah muara dengan adanya percampuran air tawar
dan air laut. P. pelagicus sering
pula beruaya mencari makan hingga kedalaman rendah sekitar 1 m dan ditemukan
pula pada habitat yang lebih dalam lagi sekitar 56 m. Kepiting perenang ini
memiliki kebiasaan untuk membenamkan diri (burrowing) pada dasar pasir atau
lumpur dan tetap siaga untuk menangkap mangsa.
Informasi yang disampaikan Moosa (1980) spesies ini
dapat hidup pada berbagai habitat seperti pantai bersubstrat pasir, pasir
berlumpur, pasir putih berlumpur dengan rumput laut di selat-selat, dipulau
berkarang, dan dapat pula ditemukan di daerah bakau, di dasar tambak yang
berdampingan dengan air laut. Galil (2006) memasukan ke dalam golongan spesies
eurihaline karena kebutuhan hidupnya pada salinitas yang berkisar antara 30-40
ppt, dengan toleransi temperatur 15-25°C. Sementara Juliana (2003) memperoleh
kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan zoea-megalopa yang baik pada suhu
28-30°C dan salinitas 29-31 ppt.
Distribusi spesies ini tersebar di kepulauan
pasifik, pesisir negara-negara Indo Pasifik Barat, Samudera Hindia, Asia
Tenggara (Indonesia, Singapura, Filipina, Jepang, Korea, Cina), daerah Turki,
Libanon, Sisliia, Syria, Siprus dan perairan Sekitar Australia.
Di Indonesia sendiri menjadi habitat yang nyaman
bagi spesies ini, sehingga tidak mengherankan apabila kepiting perenang ini
dapat dengan mudah dijumpai di daerah pesisir di negara kepulauan ini.
Distribusi spesies komersil ini dapat diketahui dari nelayan yang sering
melakukan penangkapan atau secara tidak sengaja terperangkap ke dalam jaring.
Beberapa daerah potensial seperti Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sumba, Laut
Jawa, Lampung, Medan, Kalimantan Barat dan Kepulauan di Maluku dan Papua telah
mengenal dengan baik spesies ini.