Senin, 22 Maret 2010

langkah maju bagi portunus lunak



Oleh
Akbar Marzuki Tahya


Masih sangat terbatas kajian biologi yang mempelajari kehidupan Rajungan (Portunus pelagicus), apalagi kajian khusus fisiologi hormonal. Sementara, informasi ini sangat dibutuhkan dalam rangka pengembangan teknologi inovatif dalam bidang perikanan. Pengembangan teknologi perikanan ke depan diorientasikan pada pendekatan fisiologis dengan mempelajari kehidupan organisme pada habitat aslinya. Dengan menggunakan pendekatan ini, domestifikasi dapat dilakukan dengan baik dan bijak bagi organisme kultivan. Seperti halnya pola pelepasan ekdisteroid diketahui sangat dinamis tergantung pada fase molting di habitat aslinya. Ekdisteroid yang merupakan hormon molting pada krustase, menjadi salah satu kunci dalam mengungkap proses fisiologi molting pada rajungan.

Rajungan menjadi salah satu komoditas penting yang prospektif dalam dunia perikanan di Indonesia karena tersebar di daerah pesisir kepulauan nusantara. Belakangan ini banyak komoditi yang mulai dilirik untuk dikembangkan melalui kegiatan penelitian yang inovatif, sebut saja teknologi kepiting lunak yang mulai digemari.


Kajian mengenai pola pelepasan ekdisteroid sangat erat kaitannya dengan dinamika hormonal setiap fase pergantian kulit atau lazim disebut molting. Ekdisteroid ini dikenal sebagai hormon molting pada krustase. Ekdisteroid memiliki dinamika pelepasan yang teregulasi pada setiap fase molting. Kajian hormonal ini sangat dibutuhkan untuk menunjang pengembangan teknologi rajungan lunak.

Teknologi kepiting lunak bisa diintroduksi ke rajungan dengan adanya pendekatan fisiologi hormonal, apalagi saat ini telah ditemukannya Vitomolt atau molting stimulant yang dikembangkan oleh Prof. Yushinta Fujaya bersama rekan-rekannya di Crabs Research Station, FIKP Unhas.


Sehingga informasi mengenai kehidupan organisme ini sangat dibutuhkan dalam menunjang teknologi rajungan lunak yang ramah lingkungan.