WASHINGTON, KOMPAS.com — Kebanyakan mamalia hidup bersama-sama di sebuah teritori tertentu. Mereka menganggap grup lain dari spesies yang sama maupun berbeda sebagai musuh.
Tetapi, tak demikian halnya dengan lumba-lumba hidung botol. Mereka hidup dalam "masyarakat terbuka", tak benar-benar terbatas pada satu teritori.
Setidaknya, inilah temuan Richard Connor, biolog dari UMass Darthmouth, Massachusetts, AS, yang dipublikasikan di Proceeding of the Royal Society B baru-baru ini.
Connor dan rekannya meneliti 120 lumba-lumba hidung botol di Shark Bay, Australia Barat. Penelitian memfokuskan pada lumba-lumba jantan dan kehidupan sosialnya yang kompleks.
Hidup terbuka dan bebas berenang ke mana saja membuat kawanan lumba-lumba kadang bertemu dengan kawanan lainnya. Peneliti menemukan bahwa lumba-lumba memiliki respons cerdas dengan membentuk aliansi.
Aliansi terkecil bisa terbentuk antara dua atau tiga pejantan yang akan berusaha mencari betina untuk dikawini. Aliansi ini bisa bertahan hingga berbulan-bulan.
Aliansi yang lebih besar bisa terbentuk antara 4-14 pejantan yang bekerja sama untuk menyerang grup lain guna menculik betina atau mempertahankan diri dari serangan grup lain.
Sementara aliansi yang terbesar, lumba-lumba hidung botol, bisa membentuk aliansi besar untuk menjadi tentara yang mempertahankan betina dari aliansi lain yang lebih besar.
Jadi, begitu bertemu grup lain, lumba-lumba hidung botol tak langsung menyerang. Mereka lebih suka cara damai dengan membentuk aliansi dan bahkan bisa berpindah grup.
Perilaku lumba-lumba ini berbeda dengan mamalia umumnya, seperti simpanse. Mamalia lain hidup dalam grup "semi-tertutup" yang biasanya menganggap koloni lain sebagai musuh dan cenderung menyerangnya.
Connor mengungkapkan bahwa perilaku lumba-lumba mencerminkan kecerdasannya. Dikatakan, butuh kecerdasan tinggi untuk membentuk aliansi serta mengidentifikasi kawan dan lawan.
"Ini mendukung ide bahwa evolusi otak yang sangat besar dipacu oleh sistem hubungan sosial yang kompleks," kata Connor seperti dikutip BBC, Selasa (27/3/2012).
Menurut Connor, hanya manusia yang memiliki kemampuan mirip lumba-lumba hidung botol ini. Penemuan ini semakin membuktikan bahwa kecerdasan lumba-lumba bukan cuma isapan jempol.
Sumber: sains.kompas.com