Jumat, 25 November 2011

Komodo & Be'es, Boat dengan pengalaman

Taman Nasional Komodo

Taman nasional komodo terkenal karena eksotisme alamnya yang sangat luar biasa, baik di lautan maupun daratan.

Binatang purba yang merupakan karnivora terbesar di dunia merupakan hewan endemik yang mendiami gugusan pulau yang ada di taman nasional ini, disamping itu terdapat keanekaragaman hewan-hewan lainnya yang membentuk suatu ekosistem yang saling terpadu. Wajar saja jikalau taman nasional ini dinyatakan sebagai salah satu situs warisan dunia dan cagar manusia dan biosfir oleh UNESCO pada tahun 1986, selain itu menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia versi keindahan alam oleh yayasan 7 wonders baru-baru ini.

Taman Nasional Komodo yang didirikan pada tahun 1980 ini, berada di antara Pulau Sumbawa dan Pulau Flores, termasuk ke dalam Wilayah Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Taman Nasional Komodo meliputi daerah laut dan darat, memiliki luas 1.817 kilometer persegi, terbagi menjadi 603 kilometer persegi (60.300 ha) wilayah kepulauan dan 1.214 kilometer persegi (121.400 ha) wilayah lautan. Kepulauan tersebut dinyatakan sebagai taman nasional untuk melindungi komodo yang terancam kepunahan dan lingkungannya serta keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Taman lautnya dibentuk untuk melindungi biota laut yang sangat beragam yang terdapat di sekitar kepulauan tersebut. Pulau-pulau besarnya meliputi Pulau Komodo, Pulau Padar, Pulau Rinca, Gili Motang, dan Nusa Kode. Sementara pulau-pulau kecil lainnya masih banyak tersebar dan memiliki keindahan pantai dan batu karang yang sangat menarik wisatawan oleh karena keanekaragaman biota dan termasuk yang terkaya di bumi.

Be’es, boat dengan pengalaman

Komodo pertama kali didokumentasikan oleh orang Eropa pada tahun 1910. Namanya meluas setelah tahun 1912, ketika Peter Ouwens, Direktur Museum Zoologi di Bogor, menerbitkan paper tentang komodo setelah menerima foto dan kulit reptil ini. Nantinya, komodo adalah faktor pendorong dilakukannya ekspedisi ke pulau Komodo oleh W. Douglas Burden pada tahun 1926. Setelah kembali dengan 12 spesimen yang diawetkan dan 2 ekor komodo hidup, ekspedisi ini memberikan inspirasi untuk film King Kong tahun 1933. W. Douglas Burden adalah orang yang pertama memberikan nama "Komodo dragon" kepada hewan ini. Tiga dari spesimen komodo yang diperolehnya dibentuk kembali menjadi hewan pajangan dan hingga kini masih disimpan di Museum Sejarah Alam Amerika. (http://id.wikipedia.org/wiki/Biawak_komodo).

Dari situlah bermula, hingga saat ini komodo menjadi tempat wisata favorit dan menyenangkan di dunia. Taman Nasional Komodo telah menjadi bagian dari dunia pariwisata yang menawarkan keindahan wisata Nusa Tenggara Timur dengan daerah yang menyajikan keunikan alam sabana hutan tropis yang kering. Di daerah ini wisatawan dapat menyaksikan secara langsung kehidupan hewan purba yang merupakan bagian dari evolusi varanus.

Dengan berkembangnya pariwisata ke Pulau Komodo, memberikan dampak yang luas kepada daerah sekitarnya. Labuan Bajo merupakan ibukota Kabupaten Manggarai Barat menjadi satu-satunya pintu masuk menuju Pulau Komodo. Di daerah ini menjadi tempat wisatawan menyewa kapal untuk berkunjung ke dalam Taman Nasional Komodo. Be’es menjadi salah satu kapal yang menarik hati wisatawan, oleh karena pengalaman yang dimiliki oleh sang kapten dan anak buah kapal untuk memandu perjalanan sudah terbilang lama. Kapten Marzuki Tahya telah mengabdikan sebagian hidupnya untuk menjamu para wisatawan yang berkunjung ke Taman Nasional Komodo, wajar apabila kapten 59 tahun ini memiliki banyak pengalaman dan berani berbagi tempat yang menarik kepada para wisatawan.

Kondisi perairan laut yang memiliki arus kencang tidak menjadi kegetiran bagi sang kapten. Beliau telah mempelajari perputaran arus air pasang dan surut di daerah ini, sepanjang tahun dengan mengandalkan pengalamannya dan keterampilan navigasi. Kapten Marzuki Tahya banyak menghabiskan waktu sebagai seorang pelaut dan pantas lah membanggakan dirinya sebagai putera pelaut Sulawesi, oleh karena sejak muda telah dipercaya untuk menakhodai kapal.

Saat ini Be’es menjadi kapalnya yang ke-empat dan sengaja diperuntukkan bagi wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam Taman Nasional Komodo dan sekitarnya. Be’es dengan pengalamannya akan membawa wisatawan untuk betul-betul merasakan kepuasan menjelajah secara menyeluruh di alam komodo.

info lebih lanjut