Betapa tidak, Rajungan adalah salah satu komoditas ekspor penting. Indonesia pernah berkontribusi sebesar 60% penyedia daging rajungan di dunia. Namun, akibat eksploitasi yang berlebihan, populasi rajungan di laut Indonesia menurun drastis. Akibatnya, masyarakat nelayan yang menggantungkan hidupnya pada industri rajungan mulai kehilangan pekerjaan, pabrik pengolah daging rajungan satu persatu gulung tikar, dan tentu saja hal ini sangat memengaruhi ekspor rajungan.
Prof.Dr.Ir.Yushinta Fujaya, salah seorang guru besar Unhas yang terlibat dalam kegiatan ini menjelaskan, Sejin (5/9), pembenihan rajungan di backyard CV.Windu Mandiri yang terletak di Desa Aeng Batu-Batu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar ini diprakarsai oleh Prof.Yushinta Fujaya dari Universitas Hasanuddin dan didukung oleh Kementerian Negara Riset dan Teknologi RI. Kegiatan ini merupakan salah satu upaya untuk mengembalikan kejayaan Indonesia sebagai penyedia daging rajungan dunia. Menurut Prof.Yushinta Fujaya, yang dalam sepuluh tahun terakhir berkecimpung dalam dunia riset kepiting mengemukakan bahwa restocking larva rajungan ke laut dan upaya budidaya rajungan di tambak adalah kegiatan yang sangat penting agar kejayaan industri rajungan dapat dikembalikan.
Dr. Dody Darmawan, salah satu anggota tim riset ini mengemukakan bahwa dari satu ekor induk berukuran 100 gram, dapat di panen bayi rajungan berumur 10 hari (C-10) sebanyak 15.000 atau SR (Survival Rate) sebesar 10%. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi bayi rajungan tersebut cukup singkat, hanya sekitar 20-25 hari.
Berhasilnya rajungan dibenihkan di backyard memberikan peluang untuk memproduksi benih rajungan skala massal dengan harga murah. Partisipasi backyard yang saat ini sebagian besar menganggur dan tersebar hampir di seluruh kawasan pesisir Sulawesi Selatan akan memberi kontribusi yang besar bagi produksi benih rajungan skala massal. Dan dengan teknologi yang sederhana tentu saja membuat biaya produksi lebih rendah.
Bila benih rajungan dapat diproduksi secara massal dengan harga murah maka di pastikan industri budidaya/pembesaran rajungan akan bergairah. Budidaya rajungan di tambak menggunakan benih dari hatchery telah diujicobakan oleh Prof. Yushinta Fujaya bersama tim dosen dan mahasiswa Perikanan Unhas. Hasilnya menunjukkan bahwa bayi rajungan berumur 10 hari yang ditebar di tambak dapat dipanen setelah 2-3 bulan dengan ukuran 80-100 g per ekor.
Sumber: Universitas Hasanuddin Website. 06 September 2011